Laman

Selasa, 28 April 2015

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)

AGD Analisa GAs DArah
Pengambilan Darah Arteri

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD) dilakukan untuk evaluasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida dan untuk mengetahui status asam basa. Pemeriksaan dan Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD) ini dapat dilakukan pada pembuluh darah arteri untuk melihat keadaan pH, paCO2, paO2, dan SaO2.

Indikasi Umum :

  1. Abnormalitas Pertukaran Gas
    • Penyakit paru akut dan kronis
    • Gagal nafas akut
    • Penyakit Jantung
    • Pemeriksaan Keadaan Pulmoner (rest dan exercise)
  2. Gangguan Asam Basa
    • Asidosis metabolik
    • Alkalosis metabolik 

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)

    A.  Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH

    Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam keto).

    Nilai normal pH serum :
    • Nilai normal     : 7.35 - 7.45
    • Nilai kritis       :  < 7.25 - 7.55
    Implikasi Klinik

    1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan asam)
    2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)
    3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam basa

    B.  Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )

    PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam darah.

    Nilai Normal   : 35 - 45 mmHg         SI     : 4.7 - 6.0 kPa

    Implikasi Klinik :
    1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus.
    2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2  > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
    3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
    4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar 1.3 mmHg.

    C.  Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )

    PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.

    Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg      SI   : 10 - 13.3 kPa

    Implikasi Klinik
    1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
    2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan sel darah merahdan daya angkut oksigen)

    D.  Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)

    Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin.

    Nilai Normal   : 95 - 99 % O2

    Implikasi Klinik
    1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan
    2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat 
    E.  Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)

    Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

    Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)    : 22 - 32 mEq/L      SI    : 22 - 32 mmol/L

    Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.

    Implikasi Klinik :

    1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan aldosteronisme
    2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan hiperventilasi
    3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin

    F.Anion Gap (AG)

    Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+. Anion yang tidak terukur meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik. Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang berbeda.

    Na+  -  (Cl-    +    HCO3)   atau Na   +   K  -  (Cl + HCO3) = AG

    Nilai Normal Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L


    Implikasi Klinik

    1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.
    2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari keadaan yang sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK" yaitu akibat asupan metanoll, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid, intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.
    3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium.
    4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidoses tubular ginjal atau hiperkalsemia.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar